Sekali Tanam Bisa 3 atau 4 Kali Panen
Salah
satu upaya untuk mencapai swasembada beras dan surplus beras 10 juta ton
adalah kegiatan peningkatan produktivitas padi melalui intensifikasi
budidaya padi. Selanjutnya Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu
kabupaten di Propinsi Sumatera Barat mempunyai kearifan lokalita jitu
dan sederhana dalam rangka peningkatan produksi padi melalui penerapan
teknologi Salibu.
Salibu
merupakan suatu terminologi yang identik dengan ratoon, sehingga bicara
padi salibu (bahasa sunda turiang) merupakan padi yang tumbuh disela -
sela sisa batang jerami yang dipotong setelah panen, sehingga
tunas akan muncul dari ruas bonggol jerami padi yang tersisa .
Sebenarnya masyarakat petani sudah lama mengetahui kalau padi yang
dipotong, pokok/ bonggol tanamannya akan mengeluarkan tunas baru, namun
sayangnya mereka tidak mengelolanya dengan baik, karena kenyataannya
akan memberikan padi yang hampa. Kelompok Tani Flamboyan di Jorong/
Dusun Bulukasok, Nagari/ Desa Tabek, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah
Datar Propinsi Sumatera Barat telah mendapatkan rahasia dibalik padi
salibu/ratoon/turiang, sehingga dengan Teknologi budidaya padi Salibu
dapat meningkatkan produksi padi, indeks panen (Ip) hingga 3 kali
panen dalam 1 tahun (tanam pindah 1 kali panen dan salibu 2 kali panen),
sekaligus dapat secara nyata meningkatkan pendapata petani.
Pada
hari Selasa 21 Mei 2013 yang lalu, Dirjen Prasarana dan Sarana
Pertanian, Dr.Ir. S. Gatot Irianto, MS.DAA didampingi oleh
Bupati Tanah Datar M. Shadiq Pasadigoe, Kepala Dinas Pertanian
Propinsi Sumatera Barat Ir. M. Joni, Kepala BPTP Sumatera Barat Dr.
Haryanto Msc, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan
Kabupaten Tanah Datar Ir. Edi Arman dan anggota DPRD Tanah
Datar Drs. Dafrizal melakukan Panen padi teknologi Salibu di Jorong /
Dusun Bulukasok , Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah
Datar Propinsi Sumatera Barat. Tanaman yang dipanen adalah tanam salibu
satu dengan hasil produktivitas sebesar 8,3 ton/ha, sementara
sebelumnya (tanaman induknya) sebesar 6,5 ton/Ha
Keuntungan
budidaya padi Tekologi Salibu adalah waktu panen relative lebih
pendek (80-90% dari tanaman induk/ tanam pindah), kebutuhan air lebih
sedikit (30-40%) dibanding tanaman pindah , meningkatkan produksi padi
melalui peningkatan Ip (Indek panen), biaya produksi lebih rendah karena
penghematan pada biaya pengolahan tanah, tanam dan bibit, serta dapat
mempertahankan kemurnian benih. Tentunya kelebihan dari inovasi
Teknologi padi Salibu di Kabupaten Tanah Datar ternyata dapat
meningkatkan pendapatan petani secara nyata. Dampak lainnya adalah
peluang pengembalian bahan organik (jerami) lebih besar terutama dari
sisa potongan jerami setelah panen, sehingga bagi daerah yang
kekurangan tenaga kerja teknologi salibu sangat membantu.
Dari
hasil wawancara dengan petugas BPTP dan Ketua Kelompok Tani Flamboyan
yang lokasi sawahnya dipanen, menyatakan bahwa teknologi padi Salibu
waktu produksinya lebih pendek sehingga dapat meningkatkan IP
(Indek panen) berkisar 0,5 s/d 1/ tahun. Secara ekonomis dapat menghemat
30% biaya produksi sebesar Rp. 2 s/d 2,5 juta/ ha sekali panen dan
waktu panen semakin cepat dibanding tanaman pindah/ induk.
Dalam
sambutannya Bupati Tanah Datar, M. Shadiq Pasadigoe mengatakan
teknologi Salibu yang dikembangkan di Nagari Tabek ini merupakan Inovasi
baru dalam pertanian di Kabupaten Tanah Datar. Karena membuktikan hasil
produksi yang lebih baik dari teknologi lainnya yaitu mencapai
8,3 ton/hektar, makanya Bupati rencananya akan men”salibu”kan padi yang
ada di wilayah Tanah Datar.
Untuk
itu Bupati berulang kali menyatakan rasa kecewanya
kepada petani yang masih membakar jerami, padahal jerami
sangat baik untuk dijadikan pupuk organik. Oleh sebab
itu dihimbau agar masyarakat tidak lagi membakar jerami, tetapi
dimanfaatkan untuk pupuk organik.
Selanjutnya
Shadiq juga menyampaikan terima kasih atas perhatian yang begitu besar
dari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian
Pertanian RI yang telah melihat secara langsung terobosan yang dilakukan
petani Tanah datar dalam meningkatkan hasil pertaniannya. Ditjen PSP
telah mengalokasikan anggran pada tahun 2013 sebanyak Rp 9,8 milyar
untuk Kabupaten Tanah Datar. Diharapkan bantuan ini akan terus meningkat
lagi, apalagi setelah melihat langsung kegiatan petani di Kabupaten
Tanah Datar. Pada akhir sambutannya Bupati minta kepada Dirjen PSP untuk
mencanangkan pengembangan padi teknologi salibu di Kabupaten Tanah
Datar.
Dirjen
Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian RI Gatot Irianto
gembira terhadap hasil peningkatan produksi padi teknologi salibu
yang dikembangkan di Tanah Datar. Pengembangan Padi Salibu di Nagari
Tabek, Kecamatan Pariangan, Tanah Datar ini diharapkan akan mampu
mengatasi persoalan produksi beras di Sumatera Barat. Gatot juga
menyambut dan mendukung pemerintah dan masyarakat Tanah Datar untuk
merencanakan pencanangan Tabek sebagai Nagari Padi Salibu dan proyek
percontohan penanaman padi Salibu di Kabupaten Tanah Datar, namun
demikian Gatot ingin bukti nyata dari masyarakat dan Pemerintah
Daerah Tanah Datar agar bisa mengembangkan teknologi salibu
di Tanah Datar. Untuk itu Gatot intruksikan kepada Kepala Dinas
Pertanian Tanah Datar untuk bisa mensalibukan kegiatan optimasi lahan
dan SRI yang dialokasikan ke Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2013
seluas 2800 ha dan diharapkan kerja keras terukur serta kemauan
seluruh kelompok tani termasuk jajaran penyuluh pertanian. Jika itu
terwujud tahun depan Dirjen Prasarana dan Prasarana Kementerian
Pertanian berkenan kembali lagi ke Tabek untuk mencanangkan Tabek
sebagai Nagari Padi Salibu.
Disisi
lain Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat, M. Joni,
menyampaikan bahwa Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2013
harus mengejar tambahan 200 ribu ton beras lagi, sedangkan Kabupaten
Tanah Datar harus mengejar 6.000 ton lagi, hal ini tidak bisa dicapai
dengan tepuk tangan saja, akan tetapi harus dengan kerja keras.”
Kalau Padi Salibu yang dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar bisa
menghasilkan 6 ton saja per hektar dengan hamparan yang ada tentu akan
bisa memenuhi target pencapaian surplus padi yang dibebankan kepada
Tanah Datar”. Untuk itu Joni merasa optimis hasil padi tenologi
salibu ini mampu meningkatkan produksi pertanian khusus di Tanah Datar
dan Sumatera Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar