Minggu, 12 Januari 2014

wow sekali tanam bisa 3-4 kali panen

Sekali Tanam Bisa 3 atau 4 Kali Panen












Salah satu upaya untuk mencapai swasembada beras dan surplus beras 10 juta ton adalah kegiatan peningkatan produktivitas padi melalui intensifikasi budidaya padi. Selanjutnya Kabupaten Tanah Datar sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat mempunyai kearifan lokalita jitu dan sederhana dalam rangka peningkatan produksi padi melalui penerapan teknologi Salibu.
Salibu merupakan suatu terminologi yang identik dengan ratoon, sehingga bicara padi salibu (bahasa sunda turiang) merupakan padi yang tumbuh disela - sela sisa batang jerami yang dipotong setelah  panen, sehingga tunas akan muncul dari ruas bonggol jerami padi yang tersisa . Sebenarnya masyarakat petani sudah lama mengetahui kalau padi yang dipotong, pokok/ bonggol tanamannya akan mengeluarkan tunas baru, namun sayangnya mereka tidak mengelolanya dengan baik, karena kenyataannya akan memberikan padi yang hampa. Kelompok Tani Flamboyan di Jorong/ Dusun Bulukasok, Nagari/ Desa Tabek, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat telah mendapatkan rahasia dibalik padi salibu/ratoon/turiang, sehingga dengan Teknologi budidaya padi Salibu dapat meningkatkan produksi padi, indeks panen (Ip) hingga 3 kali  panen dalam 1 tahun (tanam pindah 1 kali panen dan salibu 2 kali panen), sekaligus dapat secara nyata meningkatkan pendapata petani.
Pada hari Selasa 21 Mei 2013 yang lalu,  Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, Dr.Ir. S. Gatot Irianto, MS.DAA  didampingi  oleh Bupati Tanah Datar  M. Shadiq Pasadigoe, Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat Ir. M. Joni, Kepala BPTP Sumatera Barat Dr. Haryanto Msc, Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan Dan Kehutanan   Kabupaten Tanah Datar Ir. Edi Arman dan anggota DPRD Tanah Datar Drs. Dafrizal melakukan Panen padi teknologi Salibu di Jorong / Dusun Bulukasok , Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat. Tanaman yang dipanen adalah tanam salibu satu dengan hasil produktivitas sebesar 8,3 ton/ha, sementara  sebelumnya (tanaman induknya) sebesar 6,5 ton/Ha
Keuntungan budidaya padi Tekologi Salibu adalah waktu panen  relative lebih pendek (80-90% dari tanaman induk/ tanam pindah), kebutuhan air lebih sedikit (30-40%) dibanding tanaman pindah , meningkatkan produksi padi melalui peningkatan Ip (Indek panen), biaya produksi lebih rendah karena penghematan pada biaya pengolahan tanah, tanam dan bibit, serta dapat mempertahankan kemurnian benih. Tentunya kelebihan dari inovasi Teknologi padi Salibu di Kabupaten Tanah Datar ternyata dapat meningkatkan pendapatan petani secara nyata. Dampak lainnya adalah peluang pengembalian bahan organik (jerami) lebih besar terutama dari sisa potongan jerami  setelah panen, sehingga bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja teknologi salibu sangat membantu.
Dari hasil wawancara dengan petugas BPTP dan Ketua Kelompok Tani Flamboyan yang lokasi sawahnya dipanen, menyatakan bahwa teknologi padi Salibu waktu produksinya lebih pendek sehingga  dapat meningkatkan IP (Indek panen) berkisar 0,5 s/d 1/ tahun. Secara ekonomis dapat menghemat 30% biaya produksi sebesar Rp. 2 s/d 2,5 juta/ ha sekali panen dan waktu panen semakin cepat dibanding tanaman pindah/ induk.
Dalam sambutannya Bupati Ta­­nah Datar, M. Shadiq Pasadigoe mengatakan teknologi Salibu yang dikembangkan di Nagari Tabek ini merupakan Inovasi baru dalam pertanian di Kabupaten Tanah Datar. Karena membuktikan hasil produksi yang lebih baik dari teknologi lainnya  yaitu mencapai 8,3 ton/hektar, makanya Bupati rencananya akan men”salibu”kan padi yang ada di wilayah Tanah Datar.
Untuk itu Bupati berulang kali menyatakan rasa  kecewanya kepada petani yang masih membakar jerami, padahal jerami sangat   baik untuk dijadikan pupuk organik. Oleh sebab itu dihimbau agar masyarakat tidak lagi membakar jerami, tetapi dimanfaatkan untuk pupuk organik.
Selanjutnya Shadiq juga menyampaikan terima kasih atas perhatian yang begitu besar dari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian RI yang telah melihat secara langsung terobosan yang dilakukan petani Tanah datar dalam meningkatkan hasil pertaniannya. Ditjen PSP telah mengalokasikan anggran pada tahun 2013 sebanyak Rp 9,8 milyar untuk Kabupaten Tanah Datar. Diharapkan bantuan ini akan terus meningkat lagi, apalagi setelah melihat langsung kegiatan petani di Kabupaten Tanah Datar. Pada akhir sambutannya Bupati minta kepada Dirjen PSP untuk mencanangkan pengembangan padi teknologi salibu di Kabupaten Tanah Datar.
Dirjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian RI Gatot Irianto  gembira terhadap hasil peningkatan produksi padi teknologi salibu yang dikembangkan di Tanah Datar. Pengembangan Padi Salibu di Nagari Tabek, Kecamatan Pariangan, Tanah Datar ini diharapkan akan mampu mengatasi persoalan produksi beras di Sumatera Barat. Gatot juga menyambut dan mendukung pemerintah dan masyarakat Tanah Datar untuk merencanakan pencanangan Tabek sebagai Nagari Padi Salibu dan proyek percontohan penanaman padi Salibu di Kabupaten Tanah Datar, namun demikian Gatot ingin bukti nyata dari masyarakat dan Peme­rintah Daerah  Tanah Datar agar bisa mengembangkan teknologi salibu di Tanah Datar. Untuk itu Gatot intruksikan kepada Kepala Dinas Pertanian Tanah Datar untuk bisa mensalibukan kegiatan optimasi lahan dan SRI yang dialokasikan ke  Kabupaten Tanah Datar pada tahun 2013 seluas 2800 ha dan diharapkan  kerja keras terukur serta kemauan seluruh kelompok tani termasuk jajaran penyuluh pertanian. Jika itu terwujud tahun depan Dirjen Prasarana dan Prasarana Kementerian Pertanian berkenan  kembali lagi ke Tabek untuk mencanangkan Tabek sebagai Nagari Padi Salibu.
Disisi lain Kepala Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat, M. Joni,  menyampaikan bahwa  Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 harus mengejar tambahan 200 ribu ton beras lagi, sedangkan Kabupaten Tanah Datar harus mengejar 6.000 ton lagi, hal ini tidak bisa dicapai de­ngan­ tepuk tangan saja, akan tetapi harus dengan kerja keras.” Kalau Padi Salibu yang dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar bisa menghasilkan 6 ton saja per hektar dengan hamparan yang ada tentu akan bisa memenuhi target pencapaian surplus padi yang dibebankan kepada Ta­nah Datar”. Untuk itu Joni merasa  optimis hasil padi tenologi salibu ini mampu meningkatkan produksi pertanian khusus di Tanah Datar dan Sumatera Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar